Halow sobat sobit yang berasal dari Desa Buli Kabupaten Halmahera Timur udah pada tau
belum sejarah asal usul Desa Buli serta kepemimpinan Desa Buli. Kali ini kang
aay akan sedikit menceritakan tentang Desa Buli. Simak baik-baik ya sobat sobit
jangan sampai terlewatkan.
Mula-mula nama Desa Buli adalah Kampung Sarani yang kemudian di uba menjadi Buli Sarani diambil dari Fabulis
(nama nenek moyang suku Buli) yang berarti pembunuh. Desa Buli termasuk Desa Tua yang berada di Kabupaten
Halmahera Tengah Tahun 1952 (waktu masih dibawa
tangan Halteng), wilayah Desa Buli sangat luas yaitu sebelah
Barat berbatasan dengan Kecamatan Wasilei, sebelah Selatan dengan Desa Buli
Islam (sekarang Desa Buli Karya) sebelah Timur berbatasan dengan pulau-pulau
(Gei,So,Pakal,Lilewi dan Para-Para). Nah
itulah sedikit gambaran dari Desa buli.. masih mau lanjutttttt, mari kita
lanjut……
Dari berbagai sumber yang
telah di telusuri dan digali, asal usul Desa Buli memiliki beberapa versi
cerita yang cukup variatif. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa sumber cerita asal Desa Buli yang berbeda-beda tapi kali ini Kang Aay telah
merangkum sumber cerita tersebut untuk di jadikan informasi kepada teman-teman
sekalian, maka apabila ada sepata kata yang keliru dalam penulisan kali ini
Kang Aay sangat menginginkan saran dan masukan untuk melengkapi Sejara Desa
Buli ini untuk di ketahui selayaknya.
Awal cerita, bahwa Buli berasal dari nama
Fabulis. Fabulis adalah nama nenek moyang suku Buli yang pada saat itu mendiami
aliran sungai di Goagaile. Moyang Fabulis mendiami daerah
dekat sungai dikarenakan air merupakan salah satu pendukung berlangsungnya
kehidupan. Karena beliau adalah orang pertama yang
mendiami daerah Goagaile maka
sungai itu di beri nama sungai Fabulis yang
berada di daerah Goagaile/Gagaile sekarang menjadi kampung Labi-Labi.
Dari Gogaile moyang fabulis dan suku buli kemudian
menyusuri pantai dan mendiami daerah Mabulan (sebelah utara kampung Dorosago)
dari Mabulan setelah berperang dengan melawan orang Ingli (nenek moyang suku
Bicoli) orang Bicoli lalang (kalah) dibawah pimpinan Momole Mancaboi, dari
Mabulan kemudian menyusuri pesisir menuju Mamalu (sekarang Pekaulang
Loloi/bagian timur Desa Baburino), kemudian
berpidah ke Pnu Ago/Kampung tua, sekarang
arah utara Desa Gamesan dan berpindah ke Kampung
Baru (Geltoli). Pada
saat berada di Kampung Baru (Geltoli), penduduk Buli kemudian
diminta bantuannya oleh orang Maba untuk berperang melawan 1.100 pasukan bala
Kusu Sekano-Kano yang selalu datang mengganggu dan membunuh suku Maba. Penduduk Maba awal bertempat di Buli Serani ( Desa
Buli). Kemudian orang Maba berpindah ke pesisir pantai
yang berombak (yang sekarang merupakan Kabupaten Haltim) untuk menghindari serangan dari laut dan
daerah rawa bila akan di serang dari darat. Ini
merupakan strategi suku Maba dalam menghindari pasukan Kusu Sekano-kano. Saat
terjadi peperangan antara suku buli dan
pasukan sekano-kano di pesisir
pantai Buli, hamparan mayat
dari pasukan 1.100 dibunuh
orang Buli, menimbulkan bau tak
sedap atau bau busuk yang dihasilkan
oleh mayat pasukan Kusu Sekano-kano membuat
orang Buli berpindah sementara ke Pulau Gee, Pulau So, Pulau Mei, dan Pulau
Taluane’Pnu (Oloan Ne’pnu). Untuk menghindari bau
tak sedap itu. Setelah Buli bersih dari mayat pasukan 1.100
Kusu Sekano-Kano, suku Buli
kemudian kembali dan mendiami daerah Buli, karena keberanian suku Buli maka suku
Maba memberikan hutan sagu sebagai ladang
makanan.
Buli menjadi kampung sekitar
tahun 1904 dipimpin oleh Uat atau yang di tuakan
yaitu Mandu yang kemudian berganti kepimpinan kampung sebagai berikut:
No
|
Nama
|
Jabatan
|
Masa Jabatan
|
Keterangan
|
1
|
Bapak Maruga
|
Kimalaha
|
1917-1927
|
Alm
|
2
|
Bapak Lalang
|
Kimalaha
|
1927-1932
|
Alm
|
3
|
BapakMandu Batawi
|
Kimalaha
|
1932-1937
|
Alm
|
4
|
Bapak Tjiong Kapita
|
Kimalaha
|
1937-1967
|
Alm
|
5
|
Bapak Agus Lasut
|
Kepala
Kampung
|
1967-1972
|
Alm
|
6
|
Bapak Penes Maruga
|
Kepala
Kampung
|
2
bulan
|
Alm
|
7
|
Bapak Zet Goeslaw
|
Kepala
Kampung
|
2 bulan
|
Alm
|
8
|
Bapak Corneles Boway
|
Kepala
Kampung
|
1 bulan
|
Alm
|
9
|
Panjang Sedu Wonge
|
Kepala
Kampung
|
-
|
Alm
|
10
|
Bapak Darius Goeslaw
|
Kepala
Desa
|
1972-1992
|
Alm
|
11
|
Bapak Jhon Salakparang
|
Kepala
Desa
|
1992-2002
|
Masih
Hidup
|
12
|
Bapak Albert Radjangolo
|
Kepala
Desa
|
2002-2007
|
Masih
Hidup
|
13
|
Bapak Gurits. R. Tatengkeng
|
Kepala
Desa
|
2007-2013 dan 2013-sekarang
|
Kepala
Desa Buli
|
Buli adalah salah satu Desa
tertua di Kecamatan Maba Kabupaten Halmahera Timur yang terbentuk sejak
pemerintahan Kabupaten Halmahera Tengah. Setelah terjadi reformasi maka
Kabupaten Halmahera Tengah dimekarkan menjadi Kabupaten Halmahera Tengah dan
Kabupaten Halmahera Timur. Desa Buli masuk dalam Kabupaten Halmahera Timur pada
tahun 2003 setelah dimekarkan. Pada Tahun 2006 Desa Buli memekarkan dua anak
Desa yaitu Desa Sailal dan Desa Geltoli pada saat pemerintahan Desa Buli
dipimpin oleh kepala desa Bapak Albert Radjangolo dan Ketua BPD Gurits Raysen
Tatengkeng.
Komunitas suku Buli secara de
facto telah terbentuk sebagai komonitas adat sejak tahun 1917 yang dikepalai
oleh seorang kimalaha sebagai kepala adat dan kepala pemerintahan yaitu Alm. Bapak Maruga yang memimpin sejak tahun 1917-1927. Kemudian
dilanjutkan oleh Alm. Bapak Lalang yang memimpin dari tahun
1927-1932, kemudian dilanjutkan oleh Alm.
Bapak Mandu Batawi dari tahun 1932-1937, kemudian di lanjutkan dengan Alm. Bapak Tjiong Kapita dari tahun
1937-1967, Pada masa ini penyebutan kepala pemerintahan dari kimalaha ke kepala
kampung dan pada saat itulah secara yuridis komonitas adat suku buli yang
mendiami wilayah buli sarani di tetapkan sebagai desa difinitif berdasarkan
........,pada masa pemerintahan alm. Tjiong kapita beliau meninggal dunia pada
saat menjabat sehingga tugas-tugas pemerintahan desa di laksanakan oleh Alm. Bapak Agus Lasut yang waktu itu
berstatus sebagai pembantu kepala desa dari tahun 1967-1972. Pada tahun 1972
Alm. Bapak Agus Lasut mengundurkan diri sebagai Kepala Kampung dan tugas tugasnya
dilaksaankan oleh oleh Alm Bapak Penes
Maruga selama kurang lebih 2 bulan, dan dilanjutkan oleh Alm Bapak Pasimalamo Maruga selama 2
bulan, Kemudian dilanjutkan oleh Alm
Bapak Zet Goeslaw, selama 2 bulan kemudian dilanjutkan oleh Bapak Corneles boway selama 1 bulan,
kemudian dilanjutkan oleh Alm Bapak
Panjang Sedu Wonge, kemudian dilanjutan Alm Bapak Darius Goeslaw dari tahun 1972-1992. pada tahun 1992
jabatan kepala desa harus dipilih oleh masyarakat, dan terpilih sebagai kepala
desa pada tahun tersebut adalah Bapak
Jhon Salakparang yang menjabat dari tahun 1992-2002,
kemudian dilanjutkan oleh Bapak Albert
Radjangolo dari tahun 2002-2007, dan dilanjtkan oleh Bapak G.Raisen tatengkeng dari tahun 2007-2013 dan 2013-sekarang,
Mayoritas penduduk Desa Buli beragama Kristen Protestan, selebih beragama Islam
yang sebgaian besar pendatang.
Nah,
itulah sekilas cerita Desa Buli yang Kang Aay rangkum dari sumber Desa Buli
kurang dan lebihnya Kang Aay mohon maaf, bila ada saran dan masukan untuk
melengkapi Sejarah Desa Buli ini silakan teman-teman komen….