Pencurian kayu atau penambangan hutan yang ilega dan pembabatan hutan tanpa terkendali, tidak hanya menyebabkan kawasan resapan air jadi berkurang, selain hutan menjadi gundul dan rusaknya berbagai ekosistim didaratan yang berkaitan langsung, terumbu karang yang hidupnya didasar lautpun terkena akibatnya. Erosi yang terjadi daratan yang mengakibatkan terbawanya lumpur ke laut melalui aliran sungai merupakan unsur yang mengancam kelestarian terumbu karang.
Letak Indonesia yang berada di daerah tropik, mempunyai kawasan hutan dan terumbu karang yang luas. Terumbu Karang tersebar hampir di sluruh di Kepulauan Indonesia, demikian juga halnya dengan kawasan hutan. Semakin berkurangnya kawasan hutan dan jumlah tegakan pohon menyebapkan erosi dari daratan makin banyak yang hayut kelaut melalui aliran sungai. Erosi terjadi karena akibat semakin rendahnya kemampuan tanah untuk menyerap air. Jadi secara tidak langsung erosi yang terjadi didarat dapat berpengaruh secara signifikan terhadap kelestarian terumbu karang.
Hutan sebagai salah satu ekosistim, sama halnya dengan terumbu karang selain menerima input materi dan energi dari eksosistim lain juga mengeluarkan output materi energi ke ekosistim lain. Energi yang dihasilkan terumbu karang misalnya, akan dikonsumsi oleh predator-predator dilaut dalam, demikin juga dengan energi yang dihasilkan oleh hutan merupakan daya energi hayati yang telah lama dimanfaatkan manusia sejak ratusan tahun lampau.
Kita bisa melihat keterkaitan yang erat unsur-unsur eksosistim yang berlainan yang tedapat didalam rantai makanan. Apabial salah satu unsur mendapat gangguan, maka dampaknya akan terasa pada bagian lain dalam rantai eksosistim tersebut. Dinegara-negara kecil dan sedang berkembang, Indonesia misalnya, terutama di earah pedasaan dan terpencil, sumberdaya bahan bakar minyak (BBM) masih merupakan barang langka. Oleh karena itu kayu telah menjadi sumber daya energi yang paling penting dan sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari penduduk., selain sebagai bahan bakar, kayu juga difungsikan sebagai bahan untuk mengawetkan hasil-hasil pertanian.
Untuk memenuhi kebuthan akan sumberdaya energi tersebut, tekanan-tekanan dari manusia membuat hutan dieksploitasi secara besar-besaran dan akumulasinya telah melampai batas ekologi yang dibutuhkan ekosistim hutan untuk memulihkan dirinya. Hilangnya hutan mengakibatkan semakin besar tingkat erosi dan semakin tinggi pula kandungan lumpur dalam air sungai. Lumpur ini secara-perlahan namun pasti akan terbawa oleh aliran air sungai ke laut, dimana dikawasan tersebutlah ekosistim terumbu karang berada.
Lumpur-lumpur tersebut akan menutupi terumbu karang, sehingga terumbu karang tidak lagi mendapat cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis. Selain tutupan lumpur, limbah-limbah industri dan rumah tanggapun akan terbawa hanyut ke dasar lautan yang menyebapkan terumbu karang tidak bisa berkembang dan mati.
Dengan naiknya daya lingkungan, tekanan manusia terhadap sumberdaya hutan akan berkurang, dan lahan yang telah dibabat akan ditumbuhi lagi oleh hutan, baik secara alami ataupun usaha reboisasi. Dengan adanya usaha ini berati resiko kerusakan hutan , erosi, banjir dapat di tertanggulangi, dengan sendirinya tekananan terhadap terumbu karang di lautan pun dapat diperkecil, walaupun ancaman akibat pemboman dan peracunan ikan masih saja berlangsung. Namun masalahnya adalah apakah kebijakan-kebijakan yang telah pernah dikeluarkan pemerintah sebelumnya pada HPH-HPH mau membagi pendapatannya untuk membiayai pemulihan lingkungan ?, Apakah mereka mau menrapkan secara tegas sanksi-sanksi pelanggaran. Kita sebagai anggota masyarakat, harus berpartisipasi aktif pada tingkat apapun juga baik dalam proses pengambilan keputusan yang dibutuhkan guna mencari solusi bagi kerusakan lingkungan yang dari hari ke hari semakin bertambah.
0 komentar:
Posting Komentar