Analisis Location Quotient Kabupaten
Halmahera Timur
Salah
satu indikator yang mampu menggambarkan keberadaan sektor basis adalah melalui
indeks LQ (location quotient) yaitu
suatu indikator sederhana yang dapat menunjukkan kekuatan atau besar kecilnya
peranan suatu sektor dalam suatu daerah dibandingkan dengan daerah di atasnya
atau wilayah referensi. Menggunakan LQ sebagai penunjuk adanya keunggulan
komparatif dapat digunakan bagi sektor-sektor yang telah lama berkembang,
sedangkan bagi sektor yang baru atau sedang tumbuh apalagi yang selama ini
belum pernah ada, LQ tidak dapat digunakan karena produk totalnya belum
menggambarkan kapasitas riil daerah tersebut. Estimasi koefisien LQ Kabupaten
Halmahera Timur memberikan hasil seperti terlihat pada tabel berikut ini.
Berdasarkan
data analisis location quotient di Kabupaten
Halmahera Timur, dapat diketahui bahwa: Sub-Sektor, Tanaman bahan makanan,
Kehutanan dan Perikanan, mempunyai nilai LQ lebih baik selama periode 2006 –
2010 yang mana nilai LQ nya lebih besar dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa Sub-sektor
tersebut merupakan sub-sektor basis dan cenderung mengekspor ke daerah lain.
Sementara
Sub-Sektor, Tanaman Perkebunan serta Peternakan dan hasil-hasilnya memiliki
nilai LQ lebih kecil dari 1, yang berarti bahwa Sub-sektor tersebut bukan
merupakan sub-sektor basis dan hanya dapat memenuhi pangsa pasar lokal. Secara
umum, dari hasil perhitungan LQ di atas terdapat subsektor-subsektor yang
memiliki keunggulan komparatif maupun kompetitif, tentunya sangat diperlukan
perhatian untuk dikembangkan sebagai subsektor unggulan dalam proses
pembangunan Kabupaten Halmahera Timur di masa yang akan datang.
Analisis
Shift Share Kabupaten Halmahera Timur
Dengan
menggunakan analisis ini akan dapat diketahui perubahan struktur ekonomi Kabupaten
Halmahera Timur selama periode yang diamati. Sesuai dengan ciri-ciri perubahan
struktur ekonomi, yaitu adanya pergeseran pangsa sektor primer yang semakin
menurun dan sektor sekunder yang pangsanya semakin meningkat, serta sektor
tersier yang semakin menunjukkan peranannya dalam pembentukan perekonomian
daerah. Dalam upaya mengamati perubahan struktur ekonomi regional tersebut,
berikut akan dicoba mengaplikasikannya melalui indikator ekonomi yaitu PDRB.
Pengaruh Pertumbuhan kabupaten,
pertumbuhan ekonomi kabupaten selama tahun 2006 – 2010, membawa pengaruh
positif bagi pertumbuhan PDRB Kabupaten Halmahera Timur yang ditandai dengan
meningkatnya PDRB sebesar Rp.98,737.13 ribu. Peningkatan ini terjadi pada semua
sub-sektor dengan peningkatan terbesar pada sub-sektortanaman perkebunan (Rp.37,457.04 ribu)
diikuti oleh sub-sektor tanaman bahan makanan (Rp.33,485.34 ribu).Keadaan
ini menunjukkan bahwa komponen pertumbuhan kabupaten cukup memberikan pengaruh
terhadap peningkatan PDRB Kabupaten Halmahera Timur.
Hasil perhitungan di atas juga
menunjukkan bahwa pengaruh bauran industri (industri
mix) di Kabupaten Halmahera Timur selama periode 2006 – 2010 tersebut sudah
memberikan perubahan yang berarti bagi perekonomian daerah.Keadaan ini sangat
rasional sekali karena peranan atau keunggulan sub-sektor pertaniansudah cukup
baik, yang ditunjukkan dengan nilai skor LQ yang relatif besar. Sedangkan
pengaruh keunggulan kompetitif dari analisis data menunjukkan bahwa nilai
komponen kompetitif yang dimiliki oleh sub-sub sektor di Kabupaten Halmahera
Timur atau differential shift
hasilnya positif. Demikian juga, dapat dilihat nilai differential shift yang terbesar adalah sub-sektor tanaman bahan
makanan, yakni 30,768.52, yang berarti bahwa sub-sektor ini
merupakan sub-sektor yang memiliki pertumbuhan lebih cepat disbanding
sub-sektor lainnya dalam memajukan perekonomian Kabupaten Halmahera Timur.
Analisis
Prioritas
Analisis penentuan prioritas
dimaksudkan untuk mengetahui langkah awal apa yang harus diambil pemerintah
dalam memutuskan pemilihan sub-sektor kabupaten/ kota yang menjadi obyek
kebijakan. Uji prioritas dengan pembobotan dilakukan dalam 2 (dua) tahap.Tahap
pertama merupakan uji prioritas terhadap daerah dalam hal ini
kabupaten-kabupaten dan Kota di propinsi Maluku Utara. Uji kedua adalah uji
prioritas terhadap sub-sektor-sub-sektor yang menjadi penyumbang PDRB.
Dalam
Tabel Matrik Kombinasi LQ-SSA dapat diketahui secara jelas bagaimana hasil
kombinasi antara LQ dan SSA yang menunjukkan adanya kelemahan dan kelebihan di
masing-masing kabupaten/ kota. Di mana semakin banyak sektor yang menjadi basis
di kabupaten tertentu maka berarti kabupaten/ kota tersebut dapat dikatakan
telah dapat memenuhi pangsa pasar lokal di setiap sub-sektor usaha sekaligus available untuk mengekspor komoditi berbagaisub-sektor yang ada ke kabupaten/
kota lain.
Dalam
analisis parsial ini juga sudah dapat diketahui langkah-langkah kebijakan
distribusi silang antar kabupaten/ kota dalam propinsi. Dari hasil analisis
matrik kombinasi LQ-SS dapat dilakukan distribusi silang komoditas per
sektor antar kabupaten/ kota sebagai
berikut:
1.
Sub-Sektor
Tanaman Bahan Makanan
Di seluruh
kabupaten/ kota tanaman bahan makanan merupakan sub-sektor basis kecuali Pulau
Morotai, Halmahera Selatan, Kepulauan Sula, Halmahera Tengah dan Halmahera
barat. Sehingga kebutuhan Kabupaten/ kota terhadap produk tanaman bahan makanan
dapat disubsidi oleh 4 kabupaten/ kota lain
tanpa harus mengimpor dari wilayah lain.
2.
Sub-Sektor
Tanaman Perkebunan
Kabupaten/
kota yang menjadi basis sub-sektor adalah Halmahera Barat, Halmahera Tengah,
Kepulauan Sula dan Halmahera selatan. Tetapi pertumbuhan cepat sub-sektor ini
hanya dimiliki oleh empat kabupaten saja.Indikasi dari analisa sektor ini
adalah tidak terpenuhinya pangsa pasar lokal.Ada beberapa faktor penyebab yang
menjadi kemngkinan dari adanya permasalahan tersebut.Pertama, sub-sektor tanaman perkebunan tidak tereksploitas secara
positif.Kedua, Ada pihak-pihak lain
(selain sumber daya lokal) yang menguasai sub-sektor tersebut. Ketiga, pengeloaan sub-sektor yang
buruk.
3.
Sub-Sektor
Ternak dan Hasil Lainnya
Dari
sembilan kabupaten dan kota yang ada, empat kabupaten dan kota diantaranya
merupakan basis sub-sektor ternak dan hasil lainnya. Dalam kondisi ini berbagai
macam kombinasi distribusi antar kabupaten/ kota dapat dilakukan. Sebagai
contoh dapat dicermati pada gambar.Tetapi karena pertumbuhan sektor ini lambat
di semua kabupaten yang menjadi basis, maka telaah yang mendalam terhadap
su-bsektor ternak dan hasil lainnya menjadi sangat penting kecuali Halmahera
Utara.
4.
Sub-Sektor
Kehutanan
Kondisi
di sub-sektor Kehutanan hampir sama dengan sub-sektor ternak dan hasil lainnya
di mana kabupaten/ kota (Halmahera Timur, Kepulauan Sula dan Morotai) yang
menjadi basis dihadapkan pada situasi pertumbuhan sub-sektor yang lambat.
Sedangkan di dua kabupaten/ kota lain (Halmahera selatan dan Tidore) merupakan daerah sub-sektor basis yang
mempunyai kelebihan pertumbuhan yang cepat di sub-sektor tersebut. Indikasi ini
dapat ditangkap oleh pemerintah sebagai sinyal yang baik untuk mengembangkan
sub-sektor tersebut. Sehingga dalam beberapa tahun ke depan sub-sektor ini
dapat menjadi sub-sektor basis yang tidak hanya dapat memenuhi pasar lokal tapi
juga dapat melakukan ekspor sehingga akan menambah penerimaan pemerintah.
5.
Sub-Sektor
Perikanan
Di
Kabupaten Halmahera Selatan, Halmahera Utara dan Halmahera Timur, sub-sektor
ini merupakan basis dan memiliki pertumbuhan cepat. Sementara Halmahera Barat
dan Kota Ternate, sub-sektor ini juga merupakan basis tetapi memiliki
pertumbuhan yang lambat.
Khusus
untuk Kabupaten Halmahera Selatan, Halmahera Utara dan Halmahera Timur yang
merupakan sub-sektor basis dan pertumbuhannya cepat disebabkan oleh ketiga
daerah tersebut terus melakukan pembangunan. Dengan demikian, kegiatan di
sub-sektor perikanan untuk daerah yang pertumbuhannya cepat diharapkan dapat
memberikan penerimaan bagi pemerintah daerah.
Berdasarkan hasil analisis prioritas
per Kabupaten/ kota pada Tabel, menunjukkan bahwa Kabupaten Halmahera
Selatan dan Kabupaten Pulau Morotai yang menjadi prioritas daerah yang perlu
dikembangkan untuk menopang pembangunan ekonomi daerah. Kabupaten Halmahera
Selatan merupakan prioritas dalam pengembangan ekonomi disebabkan daerah
tersebut paling banyak memiliki jumlah sub-sektor ekonomi yang pertumbuhannya
cepat.Sementara, untuk Kabupaten Pulau Morotai, menjadi prioritas disebabkan
daerah tersebut paling sedikit memiliki pertumbuhan dalam sub-sektor ekonomi
yang ada.
Kabupaten
Halmahera Selatan yang memiliki nilai pertumbuhan paling banyak dalam
sub-sektor ekonomi, maka perlu ada upaya pemerintah untuk menjadikan daerah
tersebut sebagai pusat pendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku Utara
serta dapat menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan penerimaan pemerintah
daerah. Selain itu, sub-sektor ekonomi yang non-basis tetapi pertumbuhannya
cepat perlu diusahakan pengembangannya agar dapat memenuhi pangsa pasar lokal
dan sekaligus dapat memberdayakan masyarakatnya. Sementara Kabupaten Pulau
Morotai dijadikan sebagai prioritas disebabkan daerah tersebut memiliki
pertumbuhan paling sedikit dalam sub-sektor ekonomi, sehingga pemerintah perlu
mendorong pengembangan bagi sub-sektor- sub-sektor ekonomi yang basis agar
pertumbuhannya cepat, yang pada gilirannya dapat menopang pembangunan ekonomi
daerah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberikan penerimaan
bagi pemerintah. Kabupaten Pulau Morotai perlu dijadikan prioritas dalam
pengembangan ekonomi daerah, agar tidak terjadi ketimpangan yang terlalu besar
dalam pembangunan daerah di wilayah Provinsi Maluku Utara.Hal tersebut juga
mengingat daerah tersebut merupakan daerah/wilayah yang baru dimekarkan
sehingga perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah.
Hasil analisis prioritas per
sub-sektor pada Tabel menunjukkan bahwa sub-sektor perkebunan dan tanaman
bahan makanan.Sub-Sektor perkebunan menjadi prioritas disebabkan sub-sektor ini
menjadi sub-sektor basis pada kabupaten/kota yang ada di Provinsi Maluku Utara,
terkecuali Kota Ternate.Sedangkan sub-sektor tanaman bahan makanan dijadikan
pula sebagai prioritas pengembangan sub-sektor ekonomi yang ada disebabkan
sub-sektor ini menjadi basis paling sedikit, atau hanya di Kota Ternate.
Sub-Sektor
perikanan dijadikan sebagai prioritas disebabkan menjadi basis, maka setidaknya
mampu memenuhi pangsa pasar lokal dan mengekspor ke daerah lain di luar
Provinsi Maluku Utara. Selain itu, sub-sektor perikanan diharapkan mampu
memberikan penerimaan bagi pemerintah daerah serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang bekerja di sub-sektor tersebut.Untuk itu, pemerintah perlu
mendorong pengembangan sub-sektor ini di seluruh kabupaten/kota yang
pertumbuhannya lambat. Dengan demikian, sub-sektor perikanan diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan pangsa pasar lokal. Selanjutnya, dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat nelayan.
Berdasarkan hasil analisis SWOT pada
Tabel. menunjukkan bahwa terdapat sub sektor perikanan yang merupakan
kekuatan dan mempunyai peluang untuk dikembangkan dalam mendorong pembangunan
ekonomi daerah. Produksi perikanan di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2010
sebesar 148.027 ton, dan produksi terbesar terdapat di Kabupaten Halmahera
Selatan, yakni sebesar 44 094,9 ton, serta Kota
Ternate, yakni sebesar 18.758 ton. Oleh karenanya, sub sektor perikanan
tersebut merupakan kekuatan maka diharapkan mampu meningkatkan penerimaan
pemerintah, serta peluang untuk dikembangkan sehingga dapat menciptakan
lapangan kerja bagi masyarakat.
Sub sektor
kehutanan juga merupakan kekuatan bagi pembangunan ekonomi daerah, tetapi juga
menjadi ancaman dalam pengembangannya. Oleh karena itu diperlukan kebijaksanaan
pemerintah yang dapat mendorong sub sektor kehutanan untuk berkembang. Hal ini dapat
ditempuh dengan jalan mengurangi ataupun menghentikan ketergantungan produk
pertanian dari daerah/provinsi lain, dan mendorong petani lokal untuk
meningkatkan produksinya agar dapat memenuhi pangsa pasar lokal. Dengan
demikian, dalam jangka panjang, tingkat kemiskinan di perdesaan dapat
ditanggulangi dan sektor tersebut dapat mengekspor ke luar daerah serta dapat
menjaga kestabilan makroekonomi daerah.
Sektor
ekonomi yang merupakan kelemahan tetapi memiliki peluang untuk dikembangkan
adalah sektor pengangkutan & komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan
& jasa perusahaan.Hal ini berarti bahwa sektor-sektor tersebut belum mampu
memenuhi permintaan pangsa pasar lokal serta belum maksimal pengelolaannya
sehingga kurang berdampak pada penerimaan pemerintah daerah.Oleh karena
sektor-sektor tersebut memiliki peluang untuk dikembangkan, maka pemerintah
perlu mengambil langkah-langkah konkrit yang dapat mendorong pengembangannya
secara optimal.Pemerintah perlu menyiapkan infrastruktur publik yang lebih memadai
agar pengembangan sektor-sektor ini dapat berjalan maksimal.Disamping itu,
pemerintah perlu menciptakan kestabilan makro ekonomi & regulasi yang
mendukung agar sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan dapat lebih
berkembang dan menjadi salah satu faktor pendorong aktivitas ekonomi di sektor
lainnya.
Selanjutnya, sektor-sektor ekonomi
yang merupakan kelemahan dan ancaman adalah sektor pertambangan &
penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas & air bersih,
dan sektor jasa-jasa.Oleh karena merupakan kelemahan dan sekaligus ancaman,
maka sektor-sektor tersebut perlu lebih mendapat perhatian yang lebih serius
dari pemerintah. Sektor pertambangan & penggalian menjadi kelemahan
dikarenakan tidak mampu memenuhi pangsa pasar lokal, yakni menciptakan devisa
bagi pemerintah daerah serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat
sekitarnya. Namun, sektor ini bahkan dalam jangka panjang menjadi ancaman
terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas penambangan & penggalian
yang dilakukan. Hal ini disebabkan kegiatan pertambangan dalam jangka panjang
hanya akan menyebabkan terjadinya eksternalitas produksi negatif, yakni
terjadinya krisis ekologi dan sumberdaya alam. Sementara sektor listrik, gas
& air bersih merupakan kelemahan disebabkan masih minimnya kapasitas
teknologi yang dimiliki dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
kebutuhannya semakin tinggi.Selain itu, kondisi geografis yang menyebabkan
sulitnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan dan tingginya
biaya operasional serta kurangnya teknologi yang dimiliki.
Sumber penelitian: Putra Daerah Suratno Amiro, SE, M.Si th2011