pertambangan di Halmahera Timur saat ini mengiatkan kita pada Pulau Gebe pasca tambang. Bedanya di Gebe diketahui tutup
total, namun di Halmahera Timur masih ada PT Antam yang masi mengoperasionalkan
kantornya. Sementara puluhan perusahan lainya tutup total. Sejak September 2013
perusahan-perusahan di Halmahera Timur semuanya berhenti kecuali PT. Antam.
Mulai dari subaim sampai dipusat kota kabupaten Halmahera Timur sepi.
Alat berat yang
sebelumnya ramai kini diparkir di lokasi-lokasi pertambangan tanpa digunakan.
Kantor, mess karyawan, maupun pos penjagaan yang sebelumnya terjaga ketat kini tak terlihat lagi. Begitu
juga, kapal-kapal ekspor yang tampak berlalu lalang diperairan laut Halmahera
Timur saat beroperasinya perusahan-perusahan, kini tak satupun yang terlihat
disepanjang mata memandang.
Bagi Siapa saja yang
melintas di Halmahera Timur, tentu akan merasakan betapa ramainya saat
perusahan tambang beroperasi. Laut Halmahera Timur yang dulu tanpak keruh kini
sepanjang mata memandang mulai jerni dan membiru.
Mengingatkan kita Halmahera
Timur sebelum ada pertambangan nikel, Rasa penasaranpun membuatku menghampiri
sejumlah warga yang melintasi jalan lintas Halmahera Timur. Mereka mengaku,
saat perusahan-perusahan itu masi beroprasi jalan lintasan Halmahera Timur dipenuhi
banyak aktifitas kendaraan, baik kendaran alat berat maupun kendaran yang
berlebel pertambangan nikel.
Berhentinya operasi
sejumlah perusahan tambang ini juga membuat karyawan saat ini masi menganggur
resa. Mereka tak tau harus kerja apa hingga kini kebingungan masi melanda di
benak mereka. Bagimana cara mereka mendapatkan uang. Namun disisi lain suda ada
yang mulai berkebun, bertani dan mulai
menjadi nelayan. Adapulah yang memili nganggur total sambil menanti hadirnya
kembali perusahan-perusahan tersebut. Dikisahkan saat perusahan masi beroperasi
rata-rata pendapat paling tinggi Rp 5 juta dan paling rendah Rp 3 juta lebih.
Bahkan saat ini status mereka masi kategori karyawan karena belum berstatus
PHK. Hingga saat ini meraka masi menanti gaji mereka selama berbulan-bulan yang
belum di bayar.
Kondisi perusahan
berhenti beroperasi ini juga membuat sejumlah pengusahan kos-kosan dibuli
maupun di maba kota pasra. Dulu saat perusahan masi operasi dalam 5 bulan
keuntungannya suda bisa membeli mobil dan membuat rumah. Para sopir-sopir taksi
pun ikut merasakan penurunan pendapatan, pengusaha warung-warung kecilpun ikut
merasakannya.
Bersumber
dari Fakhruddin Abdullah - Maba - Malut Post
Kang Aay:
Sekarang kita lihat kembali Halmahera Timur untuk
tahun-tahun kedepannya, apa yang akan terjadi, pendapatan daerah yang dulunya
tinggi dikarenakan didorong oleh perusahan-perusahan tersebut kini hanya
tinggal cerita, kita liat saja APD daerah ditahun ini.
Semoga dengan terjadinya hal-hal ini dapat membuka lebar mata masyarakat
dan pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan pendapatan daerahnya di
sector-sektor lain.
Heloooowww…pada tau ga sih..
kalau perusahan-perusahan tambang ini bukan perusahan permanen yang akan
menduduki lokasi selamanya. Perusahan-perusahan tersebut suatu saat akan
mengangkat kakinya apabila yang dibutukan suda habis tercapai. Sekarang barulah
terasa, untuk itu mari kita bersama-sama membuka mata lebar-lebar dengan adanya
kejadian-kejadian yang terjadi di Halmahera Timur untuk dijadikan satu pembelajaran di masa mendatang
nanti. Pemerintah sangat berperan penting dalam kemajuan daerahnya, Halmahera
Timur sampai saat ini masih dikategorikan sebagai Kabupaten tertinggal loh.
Padahal sumberdaya alam yang terdapat di Kabupaten Halmahera Timur cukup
memadai.
0 komentar:
Posting Komentar